Tidak seorang rasul pun yang diutus oleh Allah Taala melainkan pasti dikuatkan dengan tanda-tanda berupa peristiwa alamiah serta mukjizat yang menyalahi keadaan yang biasa dialami oleh umat manusia, yang keluar dari batas kepandaian mereka. Maksudnya ialah agar dengan menunjukkan hal-hal itu dia dapat menjadi bukti bahwa orang yang mengaku menerima risalah benar-benar dipercaya sebagai utusan Tuhan, di samping berbagai berita gembira dan peringatan yang disampaikannya.
Setiap nabi dan rasul diberikan mukjizat, akan tetapi semua mukjizat tersebut telah hilang bersama kewafatan para nabi dan rasul.
Hanya satu saja mukjizat yang masih wujud dan dapat kita lihat, sentuh, baca dan dengar. Itulah mukjizat nabi kita Nabi Besar Muhammad s.a.w yaitu Al-Qur'an Al-Karim, yang telah Allah janjikan untuk memelihara dan melingdunginya sehingga hari Kiamat kelak.
Ini termaktub dalam Firman ALLAH Subhanahu wata'ala di dalam surah Al-Hijir, ayat 9:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya
Sebagai bukti bahwa Alquran benar-benar sebagai mukjizat adalah tantangan yang dikemukakan sendiri oleh Allah Taala dalam firman-Nya yang berbunyi,
قُل لَّئِنِ اجْتَمَعَتِ الإِنسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَن يَأْتُواْ بِمِثْلِ هَـذَا الْقُرْآنِ لاَ يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيراً
“Katakanlah! ‘Andai kata seluruh manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Alquran ini, pasti mereka semua tidak dapat membuat yang serupa dengan dia, walaupun mereka saling tolong-menolong.” (Q.S. Al-Isra [17]:88)
Pada ayat ini Allah SWT menegaskan mukjizat Alquran dan keutamaannya, bahwa Alquran itu benar-benar dari Allah dan diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Sebagai bukti bahwa Alquran itu dari Allah, bukan buatan Muhammad sebagaimana yang didakwakan oleh orang-orang kafir Mekah dan ahli kitab, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad saw supaya menantang manusia membuat yang seperti Alquran itu.
Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar mengatakan kepada mereka yang mengabaikan dan memandang Alquran itu bukan wahyu Allah:
"Demi Allah, seandainya seluruh manusia dan jin berkumpul, lalu mereka bermufakat dan berusaha membuat seperti Alquran itu, baik ditinjau dari segi ketinggian gaya bahasanya, makna dan pelajaran serta petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalamnya, mereka pasti tidak akan sanggup membuatnya sekalipun di antara mereka terdapat para ahli bahasa. Para ahli ilmu pengetahuan dan semua mereka itu dapat saling bantu-membantu dalam membuatnya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Ishak dan Ibnu Jarir dari Said dan Ibnu Abbas, bahwa Salam bin Musirkam dan kawan-kawannya sesama orang Yahudi datang menghadap Rasulullah saw, ia berkata:
"Bagaimana kami akan mengikuti engkau Muhammad, pada hal engkau telah meninggalkan kiblat kami dan Alquran yang engkau bawa itu tidak teratur seperti teraturnya Taurat. Karena itu turunkanlah kepada kami sebuah kitab yang dapat kami mengenalnya. Kalau kamu tidak sanggup mendatangkannya, maka kami akan mendatangkan kepada kamu seperti yang engkau bawa itu.
Maka Allah SWT menurunkan ayat ini yang menegaskan kepada mereka bahwa mereka semuanya tidak akan sanggup membuatnya.
Sejarah menunjukkan bahwa banyak pemimpin-pemimpin dan ahli sastra Arab yang mencoba-coba meniru-niru Alquran itu bahkan ada yang mendakwakan dirinya sebagai seorang Nabi, seperti Musailimah Al-Kazzab, Tulaihah, Habalah bin Kaab dan lain-lain.
Tetapi semua mereka itu gagal total dalam usahanya itu bahkan mendapat cemooh dan hinaan dari masyarakat.
Sebagai contoh, ialah apa yang telah dibuat oleh si nabi palsu "Musailamah Al Kazzab" yang dianggapnya dapat menandingi sebagai ayat-ayat Alquran:
أيها الضفدع بنات ضفدعين أعلاك في الماء وأسفلك في التراب
Artinya:
"Hai katak (kodok), anak-anak dari dua katak, bagian atas engkau di air dan bagian bawah engkau di tanah".
Para ahli menyatakan bahwa perkataan Musailimah itu tidak ada yang mengandung sesuatu pengertian.
Di antara yang memberi komentar itu ialah Al Jahiz, seorang sastrawan Arab yang termasyhur, beliau berkata:
"Saya tidak mengerti apakah gerangan yang menggerakkan jiwa Musailimah menyebutkan katak (kodok) dan sebagainya itu, alangkah buruknya gubahan yang dikatakannya sebagai ayat Alquran yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw.
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda,
“Tidak seorang nabi pun dari nabi-nabi itu melainkan pasti diberi yang sepadan dengan tuntutan orang yang beriman atasnya. Hanya saja yang diberikan padaku ini adalah wahyu yang diwahyukan oleh Allah padaku. Maka dari itu aku mengharap, kiranya aku mempunyai pengikut yang terbanyak pada hari kiamat nanti.” Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Semua yang ada dalam Al-Qur’an mempunyai kelebihan dan keutamaan yang sangat banyak tanpa batas, karena Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai mukjizat yang besar dan Kitab suci untuk semua makhluk dan merupakan PENYEMPURNAAN dari kitab-kitab sebelumnya.
Allah tidak membedakan tentang kelebihan dan keutamaan setiap surat atau ayat dalam Al-Qur’an.
“Tiadalah kami alpakan (diskriminasikan) sesuatupun didalam Al Kitab ( Al-Qur’an )“ ( Al An’aam:38 ).
Hanya manusia yang belum mengkajinya secara mendalam. Tetapi ada beberapa surat dan ayat yang mempunyai keutamaan tertentu berdasarkan petunjuk dari Nabi.
Diriwayatkan dari A’isyah bahwa Nabi saw masuk kepadanya, ketika itu ada seorang wanita yang sedang diobati dan dibacakan Ruqyah, lalu Nabi saw bersabda kepadanya :
“ Obatilah dengan kitab Allah ( Al-Qur’an ) “ ( HR.Muslim ).
Jika kita perhatikan Hadits ini niscaya kita akan dapati bahwa Nabi saw menyebut secara umum dan tidak menyebut ayat-ayat tertentu atau surat-surat tertentu. Dengan demikian jelas bahwa Al-Qur’an seluruhnya adalah obat dari penyakit fisik, mental dan spiritual. Hanya orang-orang Khawas yang dapat mengetahui rahasia-rahasia Alloh yang terdapat di dalam Al-Qur’an.
يُؤتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَاءُ وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْراً كَثِيراً وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُواْ الأَلْبَابِ
“ Allah menganugerahkan al Hikmah ( Kepahaman tentang Al-Qur’an dan sunah ) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahkan al Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak “ ( QS Al Baqarah [2] : 269 ).
Wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. datang untuk memecahkan problematika kehidupan yang membingungkan seluruh manusia sejak dahulu sampai sekarang.
Dalam hal ini Allah Taala berfirman,
وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِن شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِن بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَّا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan andaikata semua pohon yang ada di bumi ini dijadikan pena dan lautan dijadikan tinta dan ditambah lagi dengan tujuh lautan sesudah itu, maka tidak akan habis kalimat Tuhan (yang hendak dituliskan itu).” (Q.S. Luqman [31]:27)
Semua firman2 berisi petunjuk ini datang dengan susunan yang amat indah kesusasteraannya, manis didengar dan dapat mempengaruhi perasaan halus setiap manusia yang menelitinya. Bahkan dapat menarik atau menguasai diri dan jiwanya. Selanjutnya semua rasa untuk melaksanakan kebaikan dapat ditimbulkan. Sementara itu kata-kata yang termuat di dalamnya jauh sekali dari perselisihan dan isi maknanya tidak berlawanan (paradoxal).
Allah Taala berfirman,:
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللّهِ لَوَجَدُواْ فِيهِ اخْتِلاَفاً كَثِيراً
“Andai kata Alquran datangnya bukan dari sisi Allah pasti mereka akan mendapatkan pertentangan yang banyak sekali dalam isinya.” (Q.S. An-Nisa [4]:82)
Maksudnya oleh sebab Alquran turun secara berangsur-angsur selama 23 tahun, tetapi walaupun demikian jiwa, isi, keterangan-keterangan dan cerita-cerita yang ada di dalamnya, sekalipun dalam waktu yang berbeda-beda suasana dan keadaannya, tetap sama, tidak berubah-ubah dan satu dengan yang lainnya tidak bertentangan sama sekali. Sebenarnya tidak pernah ada sebuah kitab pun yang dapat menandingi kitab suci Alquran, baik mengenai ketinggian isinya, kejelasan keterangannya dan amat dalam mengesan di dalam jiwa.
Bukti kebenaran Al Qur’an
A. Kisah Fir'aun & Nabi Musa as.
Dalam Surah Yunus ayat 90-92, Al-Qur'an menyatakan bahwa pada suatu masa nanti bangkai Fir'aun yang tenggelam sewaktu mengejar Nabi Musa as akan dikembalikan kepada manusia (dapat disaksikan dengan mata kepala) untuk menjadi bukti akan kebenaran dan kebesaran ayat-ayat Allah itu.
"Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang- orang yang berserah diri (kepada Allah)". Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." (QS. 10:90-92)
Perlu diketahui, bahwa ayat ini turun setelah 21 abad masa Fir'aun.Orang sudah tidak tahu lagi dimana batang tubuh Fir'aun.
Tetapi sungguh menakjubkan, bahwa setelah terpendam selama lebih kurang 40 abad, yaitu tepatnya tanggal 6 Juli 1879 para ilmuwan Archeologi telah berhasil menemukan batang tubuh Fir'aun, dan hal ini sekaligus menemukan bukti akan kebenaran Al-Qur'an sebagai wahyu Allah, bukan ciptaan Nabi Muhammad Saw !
Berikut akan saya kutipkan tulisan Yoesof Sou'yb dalam majalah 'Harmonis' tentang kesesuaian antara Surah Yunus 90-92 dengan kenyataan sejarah yang menggemparkan itu.
Wahyu Ilahi yang diturunkan pada abda ke-7 Masehi itu menegaskan bahwa badan Pharaoh/Fir'aun yang telah menjadi korban, akan diselamatkan sebagai pertanda & peringatan bagi orang yang terkemudian.
Dalam ayat asli berbunyi : 'nunajji-ka bi badani-ka'.
B. Kisah Romawi
Pernyataan tentang kekalahan pasukan Romawi oleh pasukan Persia yang terdapat dalam permulaan Surah Ar-Rum.
Pada tahun 325, raja Konstantin memeluk agama Kristen, dan menjadikan agama ini sebagai agama negara yang resmi (Awal dari terbentuknya konsili Nicea yang mengesahkan Trinitas). Secara spontan, rakyat Romawi pun banyak yang memeluk agama tersebut, sementara itu kekaisaran Persia, penyembah matahari, menolak untuk memeluk agama tersebut.
Adapun raja yang memegang tampuk kekaisaran Romawi pada akhir abad ke-7 M adalah Maurice, seorang raja yang kurang memperhatikan masalah kenegaraan dan politik. Oleh karenanya angkatan bersenjatanya pun kemudian mengadakan kudeta dibawah pimpinan panglimanya yang bernama Pochas. Setelah mengadakan kudeta, Pochas naik tahta dan menghukum keluarga raja dengan cara yang kejam. Serta mengirim seorang duta ke Persia, yang pada waktu itu dipegang oleh Kisra Chorus II, putra Kisra Anu Syirwan yang adil. Pada waktu Kisra tahu kejadian kudeta di Romawi, Kisra sangat marah karena Kisra pernah berhutang budi pada Maurice yang sekaligus juga mertuanya itu. Kemudian Kisra memerintahkan untuk memenjarakan duta besar Romawi, serta menyatakan tidak mengakui pemerintahan Romawi yang baru. Akhirnya Kisra Chorus melancarkan peperangan terhadap Romawi. Angkatan perangnya merayap melintasi sungai Euphrat menuju Syam. Dalam serangan ini Pochas tidak dapat mempertahankan diri terhadap angkatan perang Persia yang telah menguasai kota Antiochia dan El Quds.
Sementara itu penguasa Romawi didaerah jajahan Afrika juga mengirimkan pasukan besar dibawah pimpinan puteranya, yaitu Heraklius. Bertolaklah pasukan tersebut dengan diam-diam melalui jalan laut, sehingga Pochas tidak tahu kedatangan mereka. Tanpa menghadapi perlawanan sama sekali, Heraklius akhirnya berhasil menguasai kekaisaran dan membunuh Pochas. Walaupun Heraklius berhasil menguasai kekaisaran dan membunuh Pochas, namun Heraklius tidak berhasil menahan badai pasukan Persia. Sehingga Romawi kehilangan daerah jajahannya dan tinggallah kekaisaran Romawi di ibukota saja. Penduduk yang tinggal di ibukota penuh diliputi rasa kekhawatiran akan serangan pasukan Persia yang akan memasuki ibukota. Setelah berlangsung peperangan selama enam tahun, kaisar Persia mau mengadakan perdamaian dengan Heraklius tetapi dengan satu syarat, Heraklius harus menyerahkan seribu talent emas, seribu talent perak, seribu pakaian dari sutera, seribu kuda dan seribu gadis perawan kepada Kisra.
Sementara pada ibukota Persia dan Romawi terjadi peristiwa tersebut, maka pada bangsa dipusat ibukota Jazirah Arabia, yaitu di Mekkah Almukarromah, terjadi pula hal yang serupa. Dikota tersebut terdapat orang-orang Majusi Persia, penyembah matahari dan api, dan orang-orang Romawi yang beriman kepada ajaran Isa (walau sudah diselewengkan).
Orang Islam dan orang-orang Romawi mengharapkan kemenangan mereka atas orang-orang kafir dan musyrikin, sebagaimana halnya mereka mengharapkan kekalahan orang-orang kafir Mekkah dan orang Persia, sebab mereka merupakan penyembah benda-benda materi.
Sementara orang-orang Nasrani, meskipun sebagian dari mereka sudah menyimpang dari ajaran Isa Putra Maryam adalah merupakan saudara dan sahabat terdekat kaum Muslimin.
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِينَ آمَنُواْ الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُواْ وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَّوَدَّةً لِّلَّذِينَ آمَنُواْ الَّذِينَ قَالُوَاْ إِنَّا نَصَارَى ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَاناً وَأَنَّهُمْ لاَ يَسْتَكْبِرُونَ
"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata:"Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena diantara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rabib-rabib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri." (QS. Al-Maidah [5]:82)
Dengan demikian, pertarungan yang terjadi antara orang-orang Persia dan Romawi menjadi lambang luar pertarungan antara orang-orang Islam dan musuh-musuhnya di Mekkah. Maka pada waktu Persia berhasil mengalahkan orang-orang Romawi pada tahun 616 dan berhasil menguasai seluruh wilayah sebelah Timur negara Romawi, orang-orang Musyrikin pun mendapat kesempatan untuk menghina kaum Muslimin dengan mengatakan : 'Saudara kami berhasil mengalahkan saudara kamu. Demikian pula yang akan kami lakukan kepadamu jika kamu tidak mau mengikuti kami, meninggalkan agama kamu yang baru (Islam).'
Dalam keadaan yang menyakitkan itu, kaum Muslimin Mekkah sedang dalam kondisi yang paling lemah dan buruk dalam segi materi, sampai kemudian turun wahyu Allah kepada Nabi Besar Muhammad Saw :
"Alif Laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. 30:1-6)
Sungguh turunnya wahyu ini kepada Nabi Saw merupakan suatu ujian mental dan Spiritual bagi semua sahabat-sahabat beliau.
Jika apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad Saw ini tidak terbukti, maka sudah bisa diramalkan akan kehancuran kepercayaan mereka terhadap diri orang yang selama ini mereka percayai dan mereka kasihi.
Beberapa tahun kemudian, Heraklius membuat suatu rencana yang luar biasa untuk mengalahkan Persia. Heraklius tahu bahwa kekuatan angkatan laut Persia sangat lemah, oleh karena itu dia menyiapkan kapal-kapal untuk menyerang Persia dari belakang. Dia bertolak bersama-sama dengan sisa-sisa pasukannya lewat Laut Hitam ke Armenia, dan melakukan serangan kilat terhadap pasukan Persia. Menghadapi serangan mendadak itu, pasukan Persia tidak mampu bertahan dan lari bercerai berai.
Di Asia kecil, Persia memiliki pasukan yang besar.
Tetapi Heraklius menyerangnya dengan tiba-tiba dengan kapal-kapal perangnya, dan berhasil menghancurkan pasukan Persia. Setelah memperoleh kemenangan yang besar itu, kembalilah Heraklius keibukota Konstantinopel lewat jalan laut.
Setelah dua peperangan diatas, Heraklius melakukan peperangan yang lain melawan Persia pada tahun 623, 624 dan 625. Akibat peperangan tersebut, pasukan Persia terpaksa menarik diri dari seluruh tanah Romawi, dan Heraklius berada pada pusat yang memungkinkan baginya untuk menembus kejantung kekaisaran Persia. Akhirnya perang yang terakhir terjadi pada bulan Desember 627 disepanjang sungai Dajlah.
Pada waktu Kisra Chorus tidak dapat menahan arus tentara Romawi, ia melarikan diri dari istananya, tetapi kemudian ditahan oleh puteranya 'Siroes' dan dimasukkan kedalam penjara. Puteranya ini membunuh 18 orang saudara-saudaranya yang lain didepan mata sang ayah, Kisra Chorus. Pada hari kelima, Kisra meninggal dunia dalam penjara.
Selanjutnya Siroes pun terbunuh oleh salah seorang saudara kandungnya sendiri yang masih hidup. Maka mulailah pembunuhan-pembunuhan dilingkungan istana. Dalam masa 4 tahun, sudah 9 raja yang memegang tampuk pemerintahan. Dalam situasi yang demikian buruk ini, jelas Persia tidak mungkin dapat melanjutkan peperangannya melawan kerajaan Romawi.
Maka akhirnya Kavadh II, salah seorang putera kisra Chorus yang masih hidup, meminta damai dan mengusulkan pengunduran diri pasukan Persia dari tanah Romawi.
Pada bulan Maret tahun 628 M, Heraklius kembali kekonstantinopel dengan pesta besar-besaran.
Umat Islampun yang mendengar kemenangan saudara-saudaranya para orang-orang Romawi ini melakukan tasbih dan syukur kepada Allah Swt. Semakin mendalamlah keyakinan dan kesetiaan mereka kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam.
Edward Gibbon mencoba memperkecil arti ramalan Al-Qur'an dengan menghubungkannya dengan surat yang dikirim oleh Rasulullah Muhammad Saw kepada Kisra Choros II.
Tetapi hal ini terbantahkan dengan melihat waktu turunnya ayat tersebut kepada Nabi Muhammad Saw dan umatnya.
Surat dari Nabi Saw tersebut dikirim pada tahu ke-7 H, setelah perdamaian Hudaibiah, atau pada tahun 628 M.
Sementara Qur'an Surah Ar-Ruum ayat 1-6 yang memuat ramalan tersebut turun pada tahun 616 M, lama sebelum terjadinya Hijrah Nabi dan sahabat-sahabatnya.
Jadi antara kedua peristiwa itu terdapat jarak 12 tahun.
C. Ilmu Pengetahuan Moderen Mengungkap Keajaiban Al Qur’an
Al Qur'an adalah firman Allah yang di dalamnya terkandung banyak sekali sisi keajaiban yang membuktikan fakta ini. Salah satunya adalah fakta bahwa sejumlah kebenaran ilmiah yang hanya mampu kita ungkap dengan teknologi abad ke-20 ternyata telah dinyatakan Al Qur'an sekitar 1400 tahun lalu. Tetapi, Al Qur'an tentu saja bukanlah kitab ilmu pengetahuan. Namun, dalam sejumlah ayatnya terdapat banyak fakta ilmiah yang dinyatakan secara sangat akurat dan benar yang baru dapat ditemukan dengan teknologi abad ke-20. Fakta-fakta ini belum dapat diketahui di masa Al Qur'an diwahyukan, dan ini semakin membuktikan bahwa Al Qur'an adalah firman Allah.
Profesor Tajaten Tahasen, dekan Fakultas Farmasi Universitas Chiang Mai Thailand, baru baru ini menyatakan diri masuk Islam saat membaca makalah Profesor Keith Moore dari amerika.
Keith moore adalah ahli embriologi terkemuka dari Kanada yang mengutip surat An Nisa ayat 56 yang menjelaskan bahwa luka bakar yang cukup dalam tidak menimbulkan sakit karena ujung ujung syaraf sensorik sudah hilang.
Setelah pulang ke Thailand Tajaten menjelaskan penemuannya kepada mahasiswanya, akhirnya mahasiswanya sebanyak 5 orang menyatakan diri masuk Islam.
Bunyi surat An Nisa tersebut antara lain sebagai berikut:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَاراً كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُوداً غَيْرَهَا لِيَذُوقُواْ الْعَذَابَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَزِيزاً حَكِيماً
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" [4:56]
Ditinjau secara anatomi lapisan kulit terdiri dari atas 3 lapisan global yaitu; Epidermis, Dermis dan Sub Cutis. Pada lapisan Sub Cutis banyak mengandung ujung ujung syaraf. Pada saat terjadi Combustio grade III (Luka bakar yang telah menembus Sub Cutis) salah satu tandanya yaitu hilangnya rasa nyeri dari pasien. Hal ini disebabkan karena sudah tidak berfungsinya ujung ujung serabut syaraf afferent dan efferent yang mengatur sensasi persefsi. Itulah sebabnya Allah menumbuhkan kembali kulit yang rusak pada saat ia menyiksa hambaNya yang kafir supaya hambaNya tersebut dapat merasakan pedihnya azab ALLAH tersebut.
Maha besar Allah yang telah menyisipkan firman firmanNya dan informasi sebagian kebesaran-Nya lewat sel tubuh, kromosom, pembuluh darah, pembuluh syaraf dsb.
Rabbana makhalqta hada batila,
"Ya Allah tidak ada sedikitpun yang engkau ciptakan itu sia sia".
0 komentar: