• “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5) Read more
  • Syukurmu, Untuk Kemaslahatanmu

    “Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, "Bersyukurlah kepada Allah! Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Lukman ayat 12)” Read more
  • Kehendak

    “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS.ar-Ra’d:11) Read more
  • Berkah Syukur

    ““Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, Kami pasti akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku maka sesungguhnya adzab-Ku amatlah pedih’.” (QS. Ibrohim: 7) Read more
  • Kehendak

    “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS.ar-Ra’d:11) Read more
  • Jangan Berputus Asa

    “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah swt. Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’alamengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54).Read more

Musibah itu Bisa Jadi Karena Ulah kita

Musibah itu Bisa Jadi Karena Ulah kita

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.
[Quran surat an-Nisa ayat 79

Allah Menghapus Dosa-Dosa Kecil Selama Dosa Besar Ditinggalkan

Quranic-Inspiration_Allah Menghapus Dosa-Dosa Kecil Selama Dosa Besar Ditinggalkan

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).
[Quran Surat an-Nisa ayat 31]
===
Kebaikan Akan Menghapus Keburukan Masa Lalu

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ ۚ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ
Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.
[Quran surat Hud ayat 114]

Mengenalkan Al-Quran pada Anak

Al-Quran sebagai pedoman bagi kehidupan dan tidak ada yang sebanding dengannya. Oleh karena itu sudah kewajiban bagi setiap muslim untuk memahami kandungan ayat-ayat al-quran. Tidak hanya untuk orang dewasa, anak-anak pun patut mengetahui keutamaan-keutamaan al-quran dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. 

Hendaknya kita menanamkan kecintaan anak-anak kita terhadap al-quran sejak dini. Sehingga terbit di hatinya rasa senang ketika berinteraksi dengan al-quran.

Memperkenalkan mushaf pada anak.

Ketika anak mulai terbiasa berinteraksi dengan buku, dan bisa membaca, perkenalkanlah kepada mereka mushaf al-quran. Hal ini bisa membuat mereka penasaran dengan al-quran. 

Mengajarkan huruf-huruf hijaiyah dengan menarik

Mulailah memperkenalkan huruf-huruf hijaiyah dengan metode yang menarik dan menyenangkan. Hal ini bisa kita cari di berbagai sumber.

Memperdengarkan audio tilawah al-quran

Biasakanlah si kecil untuk mendengarkan lantunan al-quran. Anda bisa menyetel kaset atau mp3 murotal di rumah anda di waktu-waktu tertentu sehingga anak terbiasa mendengarkan ayat suci al-quran

Mengajarkan makna dari al-quran dan kisah-kisah dari al-quran

Ajarkanlah anak-anak nilai tauhid sejak dini dari ayat-ayat yang dia hafal. Misalkan kita menerangkan tentang kandungan alfatihah dan surat-surat pendek lainnya. Tentunya dengan bahasa yang dimengerti anak-anak. Kita juga bisa mengisahkan kisah-kisah yang ada di dalam al-quran.

Memberi reward untuk hafalan

Biasakanlah anak-anak untuk menghafal ayat-ayat al-quran. Pasang target menghafal untuk mereka. Kita juga hendaknya tidak terlalu memforsir mereka. Jika mereka telah mencapai target yang kita inginkan, jangan pelit untuk memberi mereka reward.

Semua Karena Ulah Kita

Kejadian demi kejadian yang menimpa kaum muslimin akhir-akhir ini membuat kita miris dan bertanya-tanya. Kenapa semua ini terjadi?

Kenapa umat Islam berjalan ditempat sementara umat lain maju?

Kenapa umat Islam selalu berkelahi antar sesamanya sementara musuh-musuh Allah sedang menggalang persatuan?

Kenapa kita menjadi orang-orang yang lemah sementara mereka menjadi kelompok yang kuat?

Bukankah kita bersama kebenaran? Bukankah kita melakukan kebaikan?

Pertanyaan-pertanyaan ini terus muncul dan menjadi fenomena yang mengherankan.

Namun Al-Qur’an telah menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dalam firman-Nya ketika menceritakan kisah perang Uhud,

أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّىٰ هَٰذَا ۖ قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Dan mengapa kamu (heran) ketika ditimpa musibah (kekalahan pada Perang Uhud), padahal kamu telah menimpakan musibah dua kali lipat (kepada musuh-musuhmu pada Perang Badar) kamu berkata, “Dari mana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah, “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.” Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS.Ali ‘Imran:165)

Ternyata jawaban Allah adalah bahwa kekalahan dan segala sesuatu yang menimpa kalian adalah karena ulah kalian sendiri !

Kita mengetahui dalam sejarah perang uhud, mereka hanya sekali saja melanggar perintah Rasulullah saw. Pasukan pemanah diperintahkan untuk tidak turun dari bukit apapun yang terjadi. Tapi mereka turun sebelum waktunya dan akhirnya terjadi sedikit kekalahan. Sementara di perang Badar mereka dapat menang mutlak dengan pasukan yang sedikit dengan senjata yang minim.

Memang semua yang terjadi pada kaum muslimin dan semua musibah yang menimpa kita penyebabnya adalah tingkah laku kita sendiri.

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS.Asy-Syura:30)

Itupun Allah masih banyak memaafkan kesalahan-kesalahan kita. Jika tidak, kondisi kita akan lebih terpuruk dari kondisi sekarang.

Tidak ada sesuatu yang terjadi kecuali karena kesalahan dan pelanggaran kita. Sebagaimana dalam ayat lain Allah berfirman,

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia.” (QS.Ar-Rum:41)

Karena itu jangan selalu teriak kenapa dan kenapa. Tapi mari kita renungkan, bila sekali saja melanggar perintah nabi bisa terjadi kekacauan seperti dalam perang Uhud, Lalu apa yang mampu kita bayangkan pada diri kita dan pada umat ini?

Berapa syariat yang kita tinggalkan? Berapa banyak perintah Nabi yang kita abaikan?

Ayo kita kembali kepada syariat dan ketentuan Allah lalu nantikan perubahan dahsyat yang akan terjadi pada umat ini.

Semoga bermanfaat…

Sumber: Khazanahquran.com

Visi yang Jauh ke Depan



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al-Hasyr  [59]: 18)
Sahabat,

Tentunya kita semua menginginkan kesuksesan. Tapi amat sedikit yang memahami kesuksesan sejati . selama ini kita hanya memandang kesuksesan dari karir yang menanjak, nama yang tenar dan besar di hadapan khalayak, dan kekayaan yang melimpah serta orang-orang yang mencintai dan mengelu-elukan di sekitarnya.

Padahal kesuksesan dengan semua dekkripsi tadi tidak ada apa-apanya dibanding kesuksesan besar yang seringkali tidak pernah menjadi perhatian besar kita. Apa itu? Kesuksesan akhirat.

Sahabat,

Waktu terus berjalan dan tidak akan pernah berhenti atau menunggu. Waktu juga mustahil mundur. Apa yang kita rasakan detik ini belum tentu dapat kita rasakan esok hari. Masa depan adalah misteri, sehingga kita harus memiliki visi dan misi untuk menghadapinya. Walaupun masa depan itu misteri, tapi kita bisa memprediksi dengan apa yang kita bisa, karena sunnatullah begitu adanya.

Oleh karena itulah, segala sesuatu yang akan terjadi di masa depan bisa kita persiapkan dari sekarang. Yaitu dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit bekal untuk sesuatu yang tak terduga. Semakin banyak bekal kita, semakin banyak pula kesuksesan yang akan kita raih nantinya.

Sahabat,

Sedikit yang menyadari bahwa kehidupan yang sejati adalah kehidupan akhirat. Kehidupan yang langgeng abadi, tidak ada air mata duka dan penderitaan serta keluh kesah yang mengiringinya.

Dunia ibarat permainan selewat yang kadang membuat kita lupa akan akhirat. Persis seperti seorang anak yang melupakan tugas-tugas sekolahnya karena permainan yang menggiurkan, sehingga hari esok dihukum oleh guru karena abai dengan tugasnya.

وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ ( العنكبوت: 64)

"Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda-gurau dan permainan saja. Sesungguhnya akhirat itulah kehidupan sebenarnya, jika saja mereka mengetahui." (QS. Al-'Ankabut : 64)

Oleh karena itulah, Allah subhanahu wata'ala yang Maha Tahu akan tabiat manusia ini (sering lalai karena permainan dunia) memperingatkan lewat ayatnya yang luar biasa.

ياأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ( الحشر: 18)

"Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan perhatikanlah masing-masing kalian amal perbuatannya untuk akhirat! Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kalian perbuat." (QS. Al-Hasyr : 18)

Mengenai makna ayat ini, Ibnu Katsir rahimahullah di dalam kitab tafsirnya mengatakan, "Evaluasilah diri kalian sebelum amal perbuatan kalian dihitung, periksalah amal perbuatan yang kalian simpan untuk diri kalian demi hari dimana kalian akan dikembalikan dan diperlihatkan kepada Tuhan kalian!"

Evaluasi tersebut berdampak besar pada diri seorang hamba. Ia akan sadar bahwa telah banyak maksiat yang telah ia perbuat, dan ampunan Allah belum tentu ia terima. Sedangkan amal saleh yang ia kerjakan terlalu sedikit. Sehingga dengan mengevaluasi (muhasabah) diri, seseorang akan menambah perbuatan baiknya dan akan berhenti melakukan perbuatan yang buruk.

Jika kita perhatikan baik-baik perintah mengevaluasi diri pada ayat tersebut, kita akan dapatkan perintah tersebut diapit oleh dua perintah untuk bertakwa. Mayoritas ahli tafsir berpendapat bahwa pengulangan perintah takwa ini berfungsi untuk menekankan pentingnya takwa bagi seseorang yang beriman.

Perintah untuk mengevaluasi diri dan bertakwa diikuti dengan larangan menjadi orang yang lupa. Allah subhanahu wata'ala melanjutkan di ayat selanjutnya,

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (الحشر: 19)

"Janganlah seperti orang-orang yang melupakan Allah sehingga Allah membuat mereka lupa terhadap diri mereka sendiri. Merekalah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Hasyr: 19)

Dalam memaknai orang-orang yang melupakan Allah, Ibnu Hibban rahimahullah mengatakan bahwa yang dimaksud ialah orang-orang yang meninggalkan perintah-Nya, sehingga Allah akan menjadikan mereka lupa berbuat baik untuk kehidupan akhirat.

Begitulah, saking terlena dengan kenikmatan dunia, mereka lupa bahwa hidupnya cepat atau lambat akan segera berakhir. Tapi dia tidak pernah berpikir tentang hal itu sehingga lupa beribadah, lupa berbuat baik dan lupa menyiapkan bekal untuk hidup yang tiada akhirnya kelak.

 Dengan tegas Ibnu Katsir mengatakan, "Janganlah kalian lupa mengingat Allah sehingga Allah akan menjadikan kalian lupa mengenai perbuatan untuk kepentingan kalian sendiri dan yang bermanfaat untuk akhirat kelak.”

Jadilah kita para pemenang di masa depan. Yakni para pemenang yang mendapatkan surga karena telah merealisasikan visi besarnya untuk mendapatkan akhirat. Mereka itulah pemenang sejati, walau di dunia mengalami kekalahan dari berbagai segi. Seperti kalah dari segi kekuasaan, kekayaan, jabatan, politik, ekonomi, strata sosial, dan lain sebagainya.

Bersama 1 Kesulitan, ada 2 Kemudahan


فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا()إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh  ayat 5 dan 6)

Sahabat,
Pernahkah kita merasa bahwa kesulitan begitu keras menghantam jiwa kita sehingga kita merasakan dada yang sempit dan pandangan yang seakan gelap? Pernahkah kita merasakan rasa frustasi yang selalu menghantui kehidupan kita sehingga kita tak tahu lagi apa yang mesti dilakukan?

Mungkin kondisi itu terjadi karena kita tidak menyadari bahwa Allah subhanahu wata'ala telah memberikan jalan keluar. Hanya saja kita abai karena pikiran yang tertutup dan jauhnya hati dari iman. Atau juga kita hanya terpaku pada penderitaan sehingga kita ‘tidak mengenali’ anugerah Allah subhanahu wata'ala yang telah dilimpahkan kepada kita dengan begitu banyaknya.

Sahabat,
Marilah kita perhatikan dua ayat di atas. Kata “al ‘usr (kesulitan)” yang diulang dalam surat Alam Nasyroh hanyalah satu. Al ‘usr dalam ayat pertama sebenarnya sama dengan al ‘usr dalam ayat berikutnya karena keduanya menggunakan isim ma’rifah (seperti kata yang diawali alif lam). Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, “Jika isim ma’rifah  diulang, maka kata yang kedua sama dengan kata yang pertama, terserah apakah isim ma’rifah tersebut menggunakan alif lam jinsi ataukah alif lam ‘ahdiyah.” Intinya, al ‘usr (kesulitan) pada ayat pertama sama dengan al ‘usr (kesulitan) pada ayat kedua.[1]

Sedangkan kata “yusro (kemudahan)” dalam surat Alam Nasyroh itu ada dua. Yusro (kemudahan) pertama berbeda dengan yusro (kemudahan) kedua karena keduanya menggunakan isim nakiroh (kata yang tidak diawali alif lam). Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, “Secara umum, jika isim nakiroh itu diulang, maka kata yang kedua berbeda dengan kata yang pertama.” Dengan demikian, kemudahan itu ada dua karena berulang. Ini berarti ada satu kesulitan dan ada dua kemudahan.

Nah, bagaimana jadinya jika Allah subhanahu wata'ala menurunkan kepada kita satu kesulitan kemudian setelah itu ada dua kemudahan. Satu kesulitan tidak akan pernah mengalahkan dua kemudahan. Dari ayaat ini kita harus yakin bahwa dibalik satu kesulitan ada dua kemudahan. Dibalik satu masalah, Allah subhanahu wata'ala telah sediakan dua jalan keluar dan solusi.

Akhir berbagai kesulitan adalah kemudahan

Berkaitan dengan dua ayat ini, di dalam kitab Taisir Karimir Rahman Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di mengatakan, “Kata al ‘usr (kesulitan) menggunakan alif-lam dan menunjukkan umum (istigroq) yaitu segala macam kesulitan. Hal ini menunjukkan bahwa bagaimana pun sulitnya, akhir dari setiap kesulitan adalah kemudahan.

Sahabat,

Dari sini kita bisa mengambil faidah bahwa badai pastilah berlalu. After a storm comes a calm. Setelah kesulitan selalu ada jalan keluar.

Dalam ayat  di atas, digunakan kata ma’a, yang asalnya bermakna “bersama”. Artinya, “kemudahan akan selalu menyertai kesulitan”. Seandainya kesulitan itu membelit hidup kita, maka kemudahan akan menyertainya. Mungkin tidak berlebihan jika kita sebut kesulitan dan kemudahan itu adalah satu paket yang tidak bisa dipisahkan. Mustahil ada kesulitan tanpa adanya kemudahan yang telah Allah sertakan bersamanya. Begitulah, kemudahan akan terus menemani kesulitan walaupun di medan yang sesulit apa pun.

Selain dua ayat tadi, Allah subhanahu wata'ala juga berfirman,

سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا

Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath Tholaq: 7)

Hampir sama dengan redaksi ayat yang kita tadaburi bersama, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
“Bersama kesulitan, ada kemudahan.”[HR. Ahmad]

Tidak ada yang paling tepat janjinya selain Dzat yang pasti menepati janji-Nya. Allah Rabb semesta alam. Apa lagi yang kita ragukan? Tak ada manusia yang paling sempurna kejujurannya selain Rasulullah shallallahu Alaihi wassalam tercinta. Maka apa lagi yang kita sangsikan?


[1] Rumaysho.com

Jangan Sedih, Allah Bersama Kita


إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

(QS. At-Taubah ayat 40)

Sahabat,

Ayat ini mengisahkan kepada kita peristiwa yang terjadi di gua Tsur, ketika Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam dan sahabat beliau Abu Bakr tengah bersembunyi dari kejaran orang-orang Qurays yang hendak menangkap mereka.

Sang Nabi tercinta berkata kepada Abu Bakar dengan perkataan yang begitu menyejukan relung jiwa. La tahzan, Innallaha Ma’ana. Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”

Dan perkataan itu beliau ucapkan ketika orang-orang musyrik datang untuk mencari mereka berdua dan kala itu orang-orang musyrik tersebut berdiri di atas gua, maka berkatalah Abu Bakr karena mengkhawatirkan keselamatan Rasulullaah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, “Wahai Rasulullaah, seandainya salah satu dari mereka melihat ke kakinya, niscaya ia akan melihat kita.”

Rasulullaah menenangkan, “Wahai Abu Bakr, apa menurutmu jika ada dua orang, sementara Allah yang ketiganya?”.

Ketika itu, Allah memalingkan pandangan kaum musyrikin, sehingga mereka tidak melihat Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dan Abu Bakr, padahal mereka berdiri sangat dekat dengannya di atas gua. Allah subhanahu wata'ala membersamai mereka berdua dan sangat dekat pertolongan-Nya.

Sahabat,

Kebersamaan Allah subhanahu wata'ala ada dua macam.

Pertama, maiyyah ‘ammah atau kebersamaan secara umum, yang bermakna pemeliharaan dan pengawasan. Kebersamaan ini berlaku bagi orang kafir dan muslim, serta seluruh mahluk. Artinya, Allah subhanahu wata'ala meliputi mereka semua. Allah melihat mereka, mendengar dan mengetahui perihal mereka. Baik yang mereka terangkan ataupun yang mereka sembunyikan.

Kedua, maiyyah khashah atau kebersaman yang khusus dan kebersamaan ini adalah kebersamaan Allah dengan kaum mukminin, berupa pertolongan, penguatan, penjagaan, dan perlindungan-Nya bagi mereka.

Pada penggalan ayat di atas “(لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا) kebersamaan di sini adalah kebersamaan khusus, yakni “Sesungguhnya Aku bersama kalian berdua.”

Hal ini pula yang dikatakan Allah subhanahu wata'ala kepada Musa dan Harun ketika mereka dikejar oleh Firaun dan bala tentaranya,

قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَىٰ”[طه 46)
“Allah berfirman, ‘Janganlah kalian berdua takut, sesungguhnya Aku bersama kalian, Aku mendengar dan melihat.” (QS Thahaa:46)

Sahabat,

Lalu apa yang mesti kita khawatirkan dan kita takutkan? Bukankah Allah subhanahu wata'ala melalui ayat di atas telah memberi kita kabar gembira akan kebersamaan yang selalu Dia tawarkan untuk kita. Allah subhanahu wata'ala meliputi seluruh kehidupan kita, tak ada yang luput dari pengawasan-Nya.

Apa yang harus kita takutkan sementara Allah subhanahu wata'ala menjamin kita dengan kebersamaan-Nya. Selama kita membersamai Allah subhanahu wata'ala dengan amal shaleh dan ketakwaan, maka Allah subhanahu wata'ala akan membersamai kita dengan Penjagaan-Nya dan Pertolongan-Nya.

Oleh karena itu, jangan bersedih karena Allah subhanahu wata'ala bersama kita. Allah subhanahu wata'ala akan menolong kita dari jalan yang tidak pernah disangka-sangka seperti Allah menolong Musa dan Harun berserta Bani Israel seluruhnya dari kejaran Firaun dan Bala tentaranya.

Allah subhanahu wata'ala akan menolong kita di saat kita terjepit seperti pertolongan Allah subhanahu wata'ala kepada junjungan tercinta/ Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam berserta Abu Bakar ash-Shidiq di dalam gua tsur yang mencekam.

Jangan bersedih, Allah selalu bersama kita.